Sepak bola Indonesia kini
telah berada di ambang jurang kehancuran. Sanksi FIFA bakal jatuh,
setelah PSSI dan KPSI tak juga menemukan kata sepakat untuk menghentikan
pertikaian.
Sebelumnya Sekjen FIFA Jerome Valcke berkirim surat kepada Menteri
Pemuda dan Olahraga Andi Alifian Malarangeng, tertanggal 26 Desember
lalu. Dalam surat tersebut FIFA menegaskan kepada Menpora untuk tidak
mengacuhkan konflik yang terjadi di tubuh PSSI. FIFA mengancam akan
menjatuhkan sanksi kepada Indonesia, seandainya konflik dualisme
kepengurusan di tubuh PSSI tak mereda sesuai tengat waktu yang diberikan
FIFA, hingga Senin (10/12/2012). Sanksi itu akan jatuh pada setelah
FIFA mendiskusikannya dalam forum Komite Esksekutif, pada Jumat
(14/12/2012).
Rabu (5/12/2012), Menpora Andi Malarangeng kemudian menggundang dua
belah pihak, PSSI dan KPSI, bertemu di kantornya. Selama hampir empat
jam dua belah pihak melakukkan pembicaraan dengan Menpora dengan sistem
setengah kamar.
Usai pertemuan itu pun, Menpora mengumumkan bahwa dua belah pihak sepakat menghindarkan Indonesia dari sanksi FIFA.
Kesepakatan itu tertuang dalam beberapa butir, yakni penyelesaian
konflik akan merujuk nota kesepahaman (MoU) yang telah ditandantangani
dua belah pihak di Kuala Lumpur Juni lalu, Kongres penyatuan akan
digelar dengan merujuk daftara hadir peserta (voter) Kongres PSSI di
Solo, Juni 2011 lalu.
Usai pertemuan itu, delapan anggota Joint Committee yang mewakili
kedua balah pihak pun langsung menggelar rapat di kantor PSSI. Hasilnya
PSSI akan tunduk pada keputusan pertemuan di Kemenpora dan akan
menjalankan MoU Kuala Lumpur dan siap menggelar Kongres penyatuan. Hanya
soal tempat dan waktu pelaksanaan saja yang belum disepakati forum ini.
Kubu Djohar masih ngotot ingin melaksanakan Kongres di Palangkaraya
pada Senin (10/12/2012), sementara kubu La Nyalla akan melaksanakannya
di Jakarta, Minggu (9/12/2012).
Ketua Joint Committee Saut Sirait bersama anggotanya, Togar Manahan
Nero, usai rapat itu menegaskan bahwa kedu belh pihak telah siap
menggelar kongres dengan peserta merujuk Kongres Solo, yang akan
diverifikasi Sekjen PSSI Halim Mahfudz dan dai KPSI yang diwakili Sefdin
Syaifudin.
Esoknya, Halim Mahfudz berbalik mengingkari hasil pertemuan itu.
Saat ditemui Sefdin untuk melakukan verifikasi daftar peserta Kongres
Solo pun, Halim mangkir berkilah tak siap. Halim tetap menolak berdamai
dengan KPSI, bahkan menyatakan lebih memilih dijatuhi sanksi FIFA, ketimbang berdamai.
Bandul politik kemudian bergerak cepat, Kamis (6/12/2012) Andi
Malarangeng kemudian ditetapkan sebagai tersangka kasus pembangunan
pembangunan sarana dan prasarana pusat pelatihan dan sekolah olahraga
nasional, di Hambalang, Jawa Barat. Andi kemudian menyatakan mundur dari
posisinya sebagai Menteri.
Namun, menurut Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Joko
Pekik, sebelum mundur dari posisinya sebagai Menpora, Andi Malarangeng
telah berpesan agar kedua belah pihak menaati MoU.
"MoU itu kan ditandatangai Ketua PSSI dan Ketua KPSI. itulah yang
seharusnya dilaksanakan sepenuhnya sebagai cara penyelesaian konflik,"
ujar Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Joko Pekik, Jumat
(7/12/2012) kemarin.
Setelah mundurnya Andi, PSSI seolah punya peluru untuk mengulur
waktu. Sekjen PSSI, Halim Mahfudz mengatakan akan meminta FIFA untuk
memperpanjang tengat penyelesaian kekisruhan di sepak bola Indonesia.
"Mengingat pada 10 Desember 2012, hasil harus diserahkan ke FIFA,
maka PSSI berkirim surat pada FIFA dan meminta memperpanjang masa
diskusi dengan pihak lain," kata Halim di Kantor PSSI, Jumat
(7/12/2012).
"Jadi kami meminta perpanjangan masa diskusi hingga satu bulan
setelah ada pelantikan Menpora baru. Posisi Menpora sendiri kan saat ini
belum definitif. Apalagi, menteri baru butuh waktu untuk memahami
masalah yang ada," jelas Halim.
Kini, PSSI yang dipimpin Djohar Arifin Husin berkeras
menyelenggarakan Kongres Luar Biasa di Palangkaraya, Senin (10/12/2012).
Namun, PSSI versi Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI)
pimpinan La Nyalla Matalitti juga memilih untuk menyelenggarakan kongres
sendiri di Jakarta, Minggu (9/12/2012) besok.
"Kami akan menggelar kongres sendiri dengan pesertanya 81 voters asli Kongres Solo," tegas La Nyalla.
Kini, ada dua kongres PSSI yang kembali bakal digelar. Keduanya
telah berada di depan mata. Jika selama dua hari esok tidak kedua kubu
ini masih tetap ngotot, bukan mustahil, sanksi FIFA akan jatuh tak
terhindarkan lagi.
Kronologi Konflik PSSI
9 Juli 2011, Kongres PSSI Solo, Djohar Arifin Terpilih sebagai Ketua Umum
18 Maret 2012, PSSI menggelar Kongres di Palangkaraya menghasilkan 14 keputusan, diantaranya penguatan skorsing 33 klub dan penrgantian 4 anggota Komite Eksekutif yang dipecat.
18 Maret 2012, KPSI menggelar Kongres Luar Biasa. La Nyalla Mahmud Matalitti Terpilih Ketua Umum PSSI KLB Ancol
7 Juni 2012, PSSI dan KSPI sepakat menandatangani nota kesepahaman (MoU)
di depan Wakil Presiden AFC Prince Abdullah Ibni Sultan Ahmad Shah,
Anggota Komite Eksekutif FIFA Dato’ Worawi Makudi, dan Sekretaris
Jenderal AFC Dato’ Alex Soosay, di Kuala Lumpur, Malaysia.
26 Desember 2012, Sekjen FIFA Jorome Valcke mengirim Surat kepada
Menpora Andi Malarangeng. Memberi Tengat waktu hingga 10 Desember 2012.
5 Desember 2012, Menpora mempertemukan PSSI dan KPSI. Keduanya
sepakat berdamai dan akan menggelar kongres bersama sesuai dengan MOU di
Kuala Lumpur.
6 Desember 2012, Sekjen PSSI Halim Mahfudz mengingkari hasil
pertemuan dengan Menpora. Halim juga menegaskan MoU Kuala Lumpur
meelanggar Statuta PSSI.
9 Desember 2012, KPSI akan berkongres di Jakarta
10 Desember 2012, PSSI akan berkongres di Palangkaraya
10 Desember 2012, Batas waktu terakhir FIFA untuk penyelesaian konflik PSSI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar