Rabu, 12 Desember 2012
Keistimewaan Wanita
Bukti Keistimewaan Wanita Dalam Islam  Siapa yang dapat memungkiri 
bahwa islam memanglah rahmat bagi semesta alam. Islam adalah juga satu- 
satunya agama yang menentramkan lahir dan batin manusia. Barang siapa 
yang mengikutinya, maka kemuliaan akan melingkupinya. Barang siapa 
menyelaminya, maka kedamaian yang akan selalu menyertainya.  Islam, 
menyematkan kemuliaan dalam diri seorang wanita. Sang pesona dunia ini, 
diajarkan Oleh Allah Subhanahu Wata’ala  untuk tetap menjadi indah dan 
yang terindahkan. Namun sayang, banyak manusia yang lemah iman dan lemah
 ilmu yang justru tidak bisa menikmati dan menyadari keindahan itu dalam
 hati mereka. Dan begitulah, Allah telah menutup hati, dan indrawi 
mereka, dalam begitu kencangnya fitnah yang tujuan akhirnya sangat 
jelas, yaitu melucuti keindahan wanita itu sendiri, dengan cara 
merendahkan mereka layaknya hewan, atau bahkan lebih rendah dari itu. 
Naudzubillah...  Di dalam islam, wanita di perintahkan oleh Allah untuk 
menutup Aurat para wanita. Sungguh sesuatu yg mahal harganya akan dijaga
 bahkan disimpan dan di rawat dengan sangat hati- hati dan di hadiahkan 
pula tempat  teraman dan terbaik. Apakah pernah kita melihat seseorang 
membuang intan begitu saja di jalanan?.  Jilbab adalah identitas 
kemuliaan seorang muslimah, dan sekaligus benteng mereka dari berbagai 
gangguan orang- orang jahat yang mempunyai niat jahat kepada mereka. 
Maka maha benarlah Allah dalam firmannya,  Yang demikian itu supaya 
mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.” 
(Q.S. Al-Ahzab: 59)  Dan di dalam Islam, seorang wanita jika dihadapkan 
kepada suaminya, memanglah ketaatan yang harus dilakukannya. Namun, 
seorang laki- laki wajib pula taat kepada ibunya 3 kali lebih utama dari
 sang ayah?. Maka perhatikan baik- baik wasiat rasulullah Salallahu 
Alaihi Wassalam, berikut ini...  "Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu,
 beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi 
wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus 
berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, 
‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ 
Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut 
bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang
 tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu 
‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari Muslim)  
Diantara banyak fitnah yang di hembuskan oleh para musuh- musuh islam, 
adalah hal yang menyangkut poligami. Mereka mengatas namakan penderitaan
 wanita yang di dramatisir sedemikian rupa, agar terlihat lebih 
simpatik. Bahkan sebenarnya betapa kasihan mereka tentang hal ini. 
Tingkah polah mereka semakin membuktikan kekurangan akal pada diri 
mereka. Apakah sudah sampai pada mereka bahwa bila seorang lelaki 
khawatir tidak dapat berlaku adil dalam berpoligami, maka dituntunkan 
kepadanya untuk hanya menikahi satu wanita. Dan ini termasuk pemuliaan 
pada wanita di mana pemenuhan haknya dan keadilan suami terhadapnya 
diperhatikan oleh Islam, seperti Allah firmankan di dalam Al Quran,  
“Namun bila kalian khawatir tidak dapat berbuat adil maka nikahilah satu
 wanita saja.” (QS. An Nisa: 3)  Begitu di muliakannya wanita dalam 
islam, bahkan para suami, yaitu manusia yang paling berhak atas istri- 
istri mereka, tetap diperintahkan oleh Allah untuk tidak boleh berbuat 
sewenang- wenang kepada istri mereka.  “Dan bergaullah kalian (para 
suami) dengan mereka (para istri) secara patut.” (An-Nisa`: 19)  Hal 
tersebut tetap berlaku walaupun sang suami dalam keadaan tidak menyukai 
istrinya. Seperti firman Allah berikut ini  “Kemudian bila kalian tidak 
menyukai mereka maka bersabarlah karena mungkin kalian tidak menyukai 
sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” 
(An-Nisa`: 19)  Dan Memanglah,  kasih sayang islam begitu sangat 
melingkupi kaum yang memang diciptakan Allah lebih lemah dari pada laki-
 laki ini. Maka dari itu, ketika wanita menerima warisan, memanglah 
wanita mendapat jatah kurang dari laki- laki. Bukan karena tidak adanya 
keadilan Allah disana, tapi sungguh harta yang jumlahnya kurang dari 
para laki- laki itu hanya menjadi milik pribadinya dan para wanita tidak
 perlu menyerahkannya suaminya. Sedangkan saat para lelaki atau suami 
menerima warisan, maka sudah menjadi kewajiban laki- laki itu untuk 
menggunakan hartanya demi kebutuhan seluruh keluarga, anak- anak dan 
istrinya.  Dalam lemahnya fisik dan kurangnya Akal karena lebih di 
dominasi perasaanya, wanita memang haruslah tetap melalui sebuah fase 
perjuangan terbesar yang membuatnya harus bersusah payah. Ya, selama 
mereka mengandung dan melahirkan anak, adalah perjuangan yang begitu 
sangat menguras waktu emosi, pikiran, tenaga dll.  Tetapi Kasih sayang 
Allah memang tiada batas. Ketika para wanita hamil, setiap saat mereka 
akan didoakan oleh segala makhluk, malaikat dan seluruh makhluk Allah di
 mukabumi ini, dan ketika kematian ternyata datang atas mereka saat 
melahirkan, maka syahid akan Insyaallah akan di raihnya.  Dari Jâbir ibn
 ‘Atîk, Rasulullah saw. bersabda: "Mati syahîd ada tujuh, selain mati 
terbunuh dalam perang fîsabilillah, yaitu: (1) mati karena penyakit 
thâ‘ûn (semacam penyakit kelenjar), (2) mati karena tenggelam ,(3) mati 
karena penyakit lambung ,(4) mati karena sakit perut, (5) mati karena 
terbakar, (6) mati karena tertimpa reruntuhan, dan (7) perempuan yang 
mati karena hamil/melahirkan."  Pahala mati syahîd layak diberikan 
kepada ibu hamil/melahirkan dan meninggal, karena proses melahirkan 
adalah proses mengadu nyawa dan sama dengan perang membela agama Allah. 
Selain itu, kaum wanita berperan besar dalam pengembangbiakan keturunan.
 Dengan bersedianya seorang wanita untuk hamil, berarti ia telah 
mengemban amanat dan mewujudkan proses penyempurnaan sifat 
kefeminimannya.  Tidak itu saja, keistimewaan seorang wanita adalah 
ketika mereka diperbolehkan untuk memasuki pintu Syurga melalui mana 
pintu manapun yang disukainya. Dan untuk semua itu, para w
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar