Cengkeh (Syzygium aromaticum, 
syn/Eugenia aromaticum) adalah tangkai bunga kering beraroma yang 
berasal dari keluarga pohon Myrtaceae. Dalam bahasa Inggris, cengkeh 
biasa disebut dengan cloves.
Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia. 
Tanaman ini diyakini berasal Maluku Utara, hal itu dikarenakan di daerah
 ini terdapat tanaman cengkeh tua yang dianggap tertua di dunia karena 
telah tumbuh dan menghasilkan sejak zaman VOC. Konon kabarnya, tanaman 
cengkeh yang ada sekarang bermula dari suatu peristiwa yang terjadi pada
 masa kejayaan kerajaan Ternate di Maluku Utara dan kerajaan Kapahaha di
 Morella Pulau Ambon.
Legenda Cengkeh
Pada suatu ketika Sultan Ternate mengadakan pertemuan dengan para pemimpin wilayah dari seluruh Maluku untuk mengajak bergabung dengan kerajaan Ternate. Di antara pemimpin tersebut diundang pula Raja dari Kerajaan Kapahaha. Maksud diadakannya pertemuan tersebut adalah Sultan Ternate berkeinginan menjadikan semua wilayah yang ada di Maluku masuk dalam wilayah kekuasaan Ternate, dan semua pemimpin yang hadir pada saat itu menyetujui rencana tersebut kecuali Raja Kapahaha, setiap wilayah yang sudah bergabung dengan kesultanan Ternate wajib membayar upeti kepada sultan Ternate. Selang beberapa waktu lamanya sebagai wujud penolakan Raja Kapahaha untuk bergabung dengan Kesultanan Ternate, Raja Kapahaha mengirim upeti kepada Sultan Ternate dan setelah upeti itu dibuka ternyata isinya adalah mayat bayi. Sultanpun langsung memerintahkan pengawalnya untuk memakamkan mayat tersebut di depan keraton. Beberapa tahun kemudian, terjadi keanehan pada makam tersebut karena pada dua batu nisannya tumbuh dua tanaman, yang kemudian dirawat dengan baik oleh para abdi di Keraton namun satu tanaman di nisan bagian kaki mati dan yang tinggal hanya tanaman di nisan bagian kepala. Seiring dengan berjalannya waktu, tanaman tersebut tumbuh dengan suburnya. Sultan lalu mengadakan suatu acara dengan mengundang semua pemimpin di wilayah kekuasaannya termasuk Raja Kapahaha, akan tetapi Raja Kapahaha mengutus seorang punggawa kerajaan yaitu Upu Hatunuku untuk mewakili Raja. Setibanya di Keraton Ternate semua tamu tertarik dengan tanaman tersebut dan mereka berkeinginan membawa buah dari tanaman itu pulang. Namun keinginan mereka tidak diperkenankan oleh Sultan Ternate dengan alasan tanaman tersebut menjadi sejarah hubungan Keraton Ternate dengan Kerajaan Kapahaha. Setelah selesai pertemuan, Upu Hatunuku tak menyadari kalau pada ujung tongkatnya yang berlubang telah masuk beberapa biji dari tanaman tersebut. Setibanya di Wawane, tongkat tersebut lalu diletakkan di sebelah rumah yang beberapa lama kemudian ujung bawah tongkat tersebut pecah. Upu Hatunuku kemudian memeriksa tongkatnya dan mendapati biji dari tanaman yang ada di depan keraton Ternate. Ia lalu menanam biji tersebut dan ketika pohonnya besar diberi nama Pukulawang yang artinya Tidak Bergabung dan Ingin Sendiri atau bermakna juga Takjub Melihatnya.
Pada suatu ketika Sultan Ternate mengadakan pertemuan dengan para pemimpin wilayah dari seluruh Maluku untuk mengajak bergabung dengan kerajaan Ternate. Di antara pemimpin tersebut diundang pula Raja dari Kerajaan Kapahaha. Maksud diadakannya pertemuan tersebut adalah Sultan Ternate berkeinginan menjadikan semua wilayah yang ada di Maluku masuk dalam wilayah kekuasaan Ternate, dan semua pemimpin yang hadir pada saat itu menyetujui rencana tersebut kecuali Raja Kapahaha, setiap wilayah yang sudah bergabung dengan kesultanan Ternate wajib membayar upeti kepada sultan Ternate. Selang beberapa waktu lamanya sebagai wujud penolakan Raja Kapahaha untuk bergabung dengan Kesultanan Ternate, Raja Kapahaha mengirim upeti kepada Sultan Ternate dan setelah upeti itu dibuka ternyata isinya adalah mayat bayi. Sultanpun langsung memerintahkan pengawalnya untuk memakamkan mayat tersebut di depan keraton. Beberapa tahun kemudian, terjadi keanehan pada makam tersebut karena pada dua batu nisannya tumbuh dua tanaman, yang kemudian dirawat dengan baik oleh para abdi di Keraton namun satu tanaman di nisan bagian kaki mati dan yang tinggal hanya tanaman di nisan bagian kepala. Seiring dengan berjalannya waktu, tanaman tersebut tumbuh dengan suburnya. Sultan lalu mengadakan suatu acara dengan mengundang semua pemimpin di wilayah kekuasaannya termasuk Raja Kapahaha, akan tetapi Raja Kapahaha mengutus seorang punggawa kerajaan yaitu Upu Hatunuku untuk mewakili Raja. Setibanya di Keraton Ternate semua tamu tertarik dengan tanaman tersebut dan mereka berkeinginan membawa buah dari tanaman itu pulang. Namun keinginan mereka tidak diperkenankan oleh Sultan Ternate dengan alasan tanaman tersebut menjadi sejarah hubungan Keraton Ternate dengan Kerajaan Kapahaha. Setelah selesai pertemuan, Upu Hatunuku tak menyadari kalau pada ujung tongkatnya yang berlubang telah masuk beberapa biji dari tanaman tersebut. Setibanya di Wawane, tongkat tersebut lalu diletakkan di sebelah rumah yang beberapa lama kemudian ujung bawah tongkat tersebut pecah. Upu Hatunuku kemudian memeriksa tongkatnya dan mendapati biji dari tanaman yang ada di depan keraton Ternate. Ia lalu menanam biji tersebut dan ketika pohonnya besar diberi nama Pukulawang yang artinya Tidak Bergabung dan Ingin Sendiri atau bermakna juga Takjub Melihatnya.
Cengkeh biasa digunakan sebagai bumbu 
masakan pedas bagi negara-negara di Eropa, juga sebagai bahan utama 
rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh dapat tumbuh pada ketinggian 10 
hingga 20 meter, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada 
pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna 
merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan siap dipanen setelah mencapai
 panjang 1,5 hingga 2 cm.
Di Indonesia, cengkeh banyak ditemui di 
Kepulauan Banda. Selain itu, cengkeh juga tumbuh subur di Madagaskar, 
Zanzibar, India, dan Srilangka.
Pada masa lalu, harga cengkeh cukup 
mahal. Pada abad ke-4, pemimpin Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan 
setiap orang yang mendekatinya untuk mengunyak cengkeh (busyet), agar 
nafasnya harum. Cengkeh, pala dan merica sangatlah mahal pada zaman 
Romawi. Cengkeh jadi bahan tukar menukar oleh bangsa Arab di abad 
pertengahan. Pada akhir abad ke 15, orang Portugis mengambil alih jalan 
tukar menukar di Laut India. Bersama itu diambil alih juga perdagangan 
cengkeh dengan perjanjian Tordesillas dengan Spanyol, selain itu juga 
dengan perjanjian dengan sultan dari Ternate. Orang Portugis membawa 
banyak cengkeh yang mereka peroleh dari kepulauan Maluku ke Eropa. Pada 
saat itu, harga 1 kg cengkeh sama dengan harga 7 gram emas. Perdagangan 
cengkeh akhirnya didominasi oleh orang Belanda pada abad ke 17. Dengan 
susah payah, orang Perancis berhasil membudidayakan pohon Cengkeh di 
Mauritius pada tahun 1770. Cengkeh lalu dibudidayakan di Guyana, 
Brasilia dan Zanzibar. Pada abad ke 17 dan ke 18 di Inggris, harga 
cengkeh sama dengan harga emas karena tingginya biaya impor.
Pasang Surut Komoditas Cengkeh 
Di Indonesia
Harga cengkeh di Indonesia pernah 
mencapai Rp 80.000,- per kg. Ini sebuah prestasi yang luarbiasa. Sebab 
ketika BPPC masih menangani pemasaran cengkeh, komoditas ini hanya 
dihargai Rp 7.000,- per kg. Kenyataannya, para petani hanya akan 
menerima harga Rp 4.000,- per kg. Itu pun banyak yang ditipu dan tidak 
dibayar. Karenanya, harga Rp 80.000,- per kg. sangat menarik perhatian 
kalangan petani. Mereka yang dulu membiarkan tanaman cengkehnya merana, 
buru-buru merawatnya dengan sebaik mungkin. Dan tiba-tiba “demam” 
bertanam cengkeh yang pernah terjadi pada akhir tahun 1960an dan awal 
tahun 1970an seperti bangkit lagi. Namun harga cengkeh kembali melorot 
ke tingkat Rp 30.000,- per kg. bahkan lebih rendah lagi. Petani kembali 
kecewa. Mereka tetap mengharapkan harga cengkeh bertengger di atas Rp 
50.000,- per kg. Kalau perlu mereka mengharapkan harga itu tetap Rp 
80.000,- Padahal, sesuai dengan biaya produksi, maka idealnya harga 
cengkeh cukup berkisar antara Rp 20.000,- sampai dengan Rp 40.000,- per 
kg, atau rata-rata Rp 30.000,- Harga Rp 80.000,- per kg. sebenarnya 
sangat tidak rasional.
Sebagai rempah-rempah, cengkeh pernah 
menduduki peringkat pertama dibandingkan dengan produk rempah lainnya. 
Sebelum lemari es dan freezer diketemukan oleh A.H. Goss dari AS pada 
tahun 1913, maka pengewetan daging dilakukan dengan eugenol dari bunga 
cengkeh. Karenanya, ketergantungan benua Amerika pada cengkeh menjadi 
tinggi sekali. Sebab di benua ini daging sapi dan domba merupakan menu 
utama. Pada musim dingin, ternak yang jantan harus segera dipotong 
supaya tidak menghabiskan persediaan jerami. Untuk mengawetkannya, 
daging tersebut dilumuri dengan serbuk bunga cengkeh kering. Itulah yang
 dilakukan oleh masyarakat Eropa selama berabad-abad. Dan cengkeh yang 
berasal dari kepulauan Maluku diperdagangkan secara estafet. Mula-mula 
dibawa ke Jawa, lalu ke Sumatera dan Semenanjung Malaya. Selanjutnya ada
 dua jalur perdagangan. Pertama melalui laut ke India dan jazirah Arab, 
Balkan lalu ke Eropa. Kedua ke Cina lalu melalui jalur perdagangan 
sutera langsung ke Timur Tengah dan Balkan.
Ketika abad-abad XIV dan XV kekaisaran 
Otoman berkuasa, jalur perdagangan cengkeh terganggu. Harga komoditas 
ini melambung hingga lebih tinggi dibanding emas. Waktu itu masyarakat 
Eropa hanya tahu bahwa cengkeh berasal dari “kepulauan rempah-rempah” di
 tanah India. Mulailah dicari upaya untuk “menemukan” jalan ke kepulauan
 rempah-rempah tersebut. Ada yang berlayar ke arah selatan menyusuri 
pantai Afrika, ada yang ke utara hingga kapalnya pecah dan ada pula yang
 ke arah barat. Sebab ketika itu sudah muncul kesadaran bahwa bumi ini 
berbentuk bulat dan bukannya datar. Hingga kalau kita berlayar ke arah 
barat, akhirnya juga akan sampai ke pulau rempah-rempah di tanah India. 
Salah satu pelaut yang berupaya menemukan jalur ke kepulauan India itu 
adalah Christophorus Columbus. Tahun 1492 ia berlayar ke arah barat dan 
mendarat di kepulauan Bahama di laut Karibia. Karena mengira telah 
sampai ke tanah India maka masyarakat setempat pun disebutnya Indian, 
sampai sekarang. Sementara jalur pelayaran ke kepulauan Maluku pada 
akhirnya diketemukan melalui tanjung Harapan di ujung benua Afrika. 
Sejak itulah bangsa kulit putih (Inggris, Belanda dan Portugis) 
berdatangan untuk mencari rempah-rempah, khususnya cengkeh.
Cengkeh (Syzygium aromaticum) adalah 
tanaman asli kepulauan Maluku. Komoditas inilah bersama-sama dengan lada
 dan pala yang telah membuat bangsa Belanda menguasai negeri ini. Karena
 merupakan komoditas “maha penting” Belanda sangat menjaga ketat kebun 
cengkeh mereka, agar tidak ada benih yang lolos keluar. Namun akhirnya 
Inggris berhasil mencuri beberapa biji cengkeh dan mengembangkannya di 
Madagaskar serta Zanzibar. Kondisi agroklimat Zanzibar telah membuat 
cengkeh Maluku itu mengalami mutasi hingga menciptakan varietas baru: 
cengkeh zanzibar. Daun cengkeh zanzibar lebih lebar dan tebal serta 
menggelombang. Sementara cengkeh asli Maluku berdaun tipis, lebih sempit
 serta meruncing. Warna pucuk daun cengkeh zanzibar cokelat 
kemerah-merahan. Pucuk cengkeh maluku hijau kekuningan. Bunga cengkeh 
zanzibar lebih besar dan gemuk serta berwarna cokelat kemerahan. Cengkeh
 maluku lebih ramping dan kecil, warnanya hijau kekuningan. 
Produktifitas cengkeh zanzibar juga lebih tinggi dibanding cengkeh asli 
dari Maluku. Itulah sebabnya ketika terjadi demam bertanam cengkeh pada 
tahun 1960 dan 1970an pilihan petani jatuh ke cengkeh zanzibar. Bukan 
cengkel asli dari Maluku.
Namun kelemahan cengkeh zanzibar adalah 
rentan terhadap penyakit Pytoptora serta cacar daun. Dua penyakit ini 
hampir tidak pernah menyerang cengkeh maluku. Habitat asli tanaman 
cengkeh adalah pulau vulkanis dengan angin laut yang leluasa bertiup. 
Cengkeh tumbuh baik pada ketinggian mulai dari 0 m. sampai dengan 800 m.
 dpl. Lebih dari 800 m, cengkeh memang akan tumbuh lebih subur, namun 
tidak mau berbuah. Pengembangbiakan cengkeh dilakukan melalui biji. 
Bunga cengkeh yang tidak dipetik, akan berkembang menjadi “buah cengkeh”
 Ukuran buah cengkeh ini sebesar ujung kelingking tangan orang dewasa. 
Pemetikan bunga dilakukan pada saat menjelang mekar. Kalau terlalu awal 
dipetik, ukuran bunga masih terlalu kecil. Sebaliknya apabila terlalu 
lambat dipetik, bunga akan terlanjut mekar hingga kandungan eugenolnya 
akan berkurang atau hilang. Bunga yang telah dipetik berikut tangkainya 
itu harus segera dirontokkan (dipisahkan dari tangkainya) lalu dijemur 
sampai kering. Tangkai bunga cengkeh ini masih memiliki nilai ekonomis. 
Meskipun harganya jauh lebih murah dibanding dengan bunganya.
Daun cengkeh yang rontok pun sebenarnya 
masih memiliki nilai ekonomis. Di hampir semua kawasan penghasil 
cengkeh, selalu ada ketel penyulingan minyak daun cengkeh. Daun-daun 
yang rontok itu biasanya dikumpulkan oleh anak-anak sekolah lalu 
disetorkan ke pengusaha penyulingan. Kadar minyak daun cengkeh kering 
ini berkisar antara 2 sampai dengan 3 % (tiap 100 kg. daun cengkeh 
kering diperoleh minyak antara 2 sampai 3 kg. Harga minyaknya antara Rp 
40.000,- sampai dengan Rp 50.000,- per kg. Setelah kulkas diketemukan, 
bukan berarti cengkeh menjadi komoditas tak berguna. Budaya mengisap 
tembakau (rokok) di Indonesia, telah berkembang dari “hanya tembakau 
virginia” (rokok putih) menjadi tembakau dengan rajangan daun cengkeh. 
Perkembangan inilah yang telah membuat Indonesia dari negara pengekspor 
cengkeh sejak jaman kerajaan-kerajaan Hindu dulu sampai dengan 
pemerintah kolonial Hindia Belanda, akhirnya menjadi pengimpor cengkeh 
terbesar di dunia. Selain untuk rokok, pemanfaatan eugenol dalam minyak 
asiri bunga, gagang dan daun cengkeh juga berkembang mulai dari industri
 makanan, farmasi, kosmetik sampai ke parfum. Pengurangan dan penambahan
 atom karbon (C) dalam eugenol, bahkan telah menghasilkan bahan penting 
yang sangat diperlukan dalam pembuatan bom serta bahan bakar pesawat 
ulang-alik.
Selama ini Indonesia masih merupakan 
penghasil cengkeh terbesar di dunia. Termasuk pemasok minyak daun dan 
gagang cengkeh. Namun pemasok minyak bunga cengkeh serta oleoresinnya 
adalah India. Meskipun negeri ini bukan merupakan penghasil cengkeh yang
 penting di dunia. Tahun 1960 dan 1970an, harga cengkeh juga melambung 
tinggi, karena industri keretek yang tumbuh pesat. Pertumbuhan industri 
rokok keretek ini sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi nasional 
serta pertumbuhan jumlah penduduk. Masyarakat lalu tergiur untuk menanam
 cengkeh secara besar-besaran. Kebetulan pula antara tahun 1968 sampai 
dengan 1978 (selama 10 tahun), Menteri Pertanian kita Prof. Dr. Thoyib 
Hadiwijaya adalah seorang ahli cengkeh. Jadi makin kuatlah demam 
bertanam cengkeh nasional pada waktu itu. Hingga sawah-sawah 
berpengairan teknis pun, banyak yang disulap menjadi tempat penyemaian 
cengkeh. Tetapi tanaman ini baru akan berbuah optimal setelah melampaui 
usia 10 tahun. Karena kebutuhan cengkeh sudah semakin mendesak, maka 
pemerintah pun mengeluarkan ijin untuk melakukan impor cengkeh. Kondisi 
inilah yang menyebabkan harga cengkeh jatuh pada tahun-tahun 1980 dan 
1990an.
“Untungnya” pada tahun 1970dan 1980an, 
areal cengkeh varietas zanzibar di Indonesia banyak yang mati karena 
terserang penyakit pytoptora dan cacar daun. Seandainya tidak, maka 
panen cengkeh nasional akan sangat melimpah hingga terjadi hiper 
produksi. Padahal, dalam kondisi hanya over produksi pun, harga cengkeh 
telah jatuh dari belasan ribu rupiah pada akhir tahun 1970an, tinggal Rp
 2.000,- per kg. Hal inilah yang mendorong pemerintah untuk membentuk 
Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC) yang dalam praktek justru 
menjalankan sistem monopoli. Tahun 1990an adalah puncak kejengkelan 
petani cengkeh terhadap BPPC. Banyak petani yang menelantarkan kebun 
cengkehnya. Ada pula yang menuruti anjuran pemerintah untuk menebang 
tanaman cengkehnya. Setelah pemerintah Orde Baru tumbang dan BPPC 
dibubarkan, harga cengkeh kembali merayap naik. Puncaknya terjadi tahun 
2001. Harga cengkeh kering mencapai Rp 80.000,- per kg. Padahal ketika 
itu hampir di semua tempat di Indonesia pohon cengkeh berbunga dengan 
sangat lebatnya.
Naiknya harga cengkeh dengan sangat 
fantastis disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, pabrik cengkeh 
memang tidak punya stok karena pada jaman BPPC mereka membatasi 
pembelian cengkeh. Ketika BPPC dibubarkan, nilai kurs rupiah terhadap $ 
US juga naik dari hanya Rp 2.400,- menjadi pernah mencapai Rp 15.000,- 
per 1 $ US. Tahun ini pabrik rokok membatasi diri membeli cengkeh. Sebab
 mereka terkena kenaikan cukai rokok dan sedang berkonsentrasi untuk 
memborong tembakau. Pabrik rokok besar memang selalu menyimpan cengkeh 
serta tembakau untuk stok minimal selama tiga tahun. Sebab bahan baku 
tersebut akan menjadi stabil setelah mengalami masa penyimpanan minimal 
selama tiga tahun. Selain faktor tersebut, fakta di lapangan juga 
menunjukkan bahwa areal tanaman cengkeh kita telah menyusut dengan 
sangat drastis. Baik karena rusak terkena hama/penyakit maupun sengaja 
ditebang oleh petani sendiri. Kalau sekarang-sekarang ini demam bertanam
 cengkeh tumbuh lagi, maka 10 sampai 20 tahun mendatang harga cengkeh 
akan kembali ambruk.
Cengkeh Terbaik Di Dunia
Zanzibar dulunya adalah daerah penghasil
 cengkeh terbesar di dunia sebelum ‘dikalahkan’ oleh Indonesia pada era 
1970-an. Kini, Zanzibar hanya menduduki peringkat ketiga dalam hal 
penghasil cengkeh terbesar di dunia setelah Indonesia dan Madagaskar. 
Namun begitu, bibit cengkeh zanzibar, sangat diminati di seluruh dunia.
Kandungan Dalam Cengkeh
Minyak esensial dari cengkeh mempunyai 
fungsi anestetik dan antimikrobial. Minyak cengkeh sering digunakan 
untuk menghilangkan bau nafas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Zat 
yang terkandung dalam cengkeh yang bernama eugenol, digunakan dokter 
gigi untuk menenangkan saraf gigi. Minyak cengkeh juga digunakan dlaam 
campuran tradisional choji (1% minyak cengkeh dalam minyak mineral) dan 
digunakan oleh orang Jepang untuk merawat permukaan senjata perang 
mereka.
Selain minyak cengkeh, yang juga 
terkandung dalam cengkeh adalah serbuk tangkai kuntum cengkeh (clove 
stem oil), dan daun cengkeh kering (clove leaf oil).
Sifat kimiawi dan efek farmakologis dari
 cengkeh adalah hangat, rasanya tajam, aromatik, berkhasiat sebagai 
stimulan, antiseptik, anestetik lokal, menghilangkan kolik dan obat 
batuk. Kandungan kimia pada cengkeh adalah karbohidrat, kalsium, fosfor,
 zat besi, vitamin B1, lemak, protein, dan eugenol.
Khasiat Cengkeh
Sebagai obat tradisional, cengkeh dapat 
mengatasi; sakit gigi, sinusitis, mual, kembung, masuk angin, sakit 
kepala, radang lambung, batuk, terlambat haid, rematik, campak dan 
lain-lain.
Obat sakit gigi: gigi yang berlubang 
disumbat dengan kapas yang sudah diberi minyak cengkeh. Atau 10 butir 
cengkeh disangrai, lalu digiling halus, masukan pada lubang gigi yang 
sakit, tutup dengan kapas.
Menghilangkan bau mulut : 10 butir 
cengkeh dicuci lalu diseduh dengan 200 cc air panas, diamkan selama lima
 menit, kemudian saring, airnya dipakai untuk kumur-kumur, lakukan 
setiap hari secara rutin, dijamin nafas kamu segar dan bau cengkeh 
heuheu.
obat mual : 10 butir cengkeh, 20 gram 
asam jawa, gula air secukupnya direbus dengan 400 cc air sampai tersisa 
200 cc sajah, ramuan tersebut disaring kemudian diminum selagi hangat.
mengatasi kembung: 10 butir cengkeh 
diseduh dengan air panas lalu digunakan sebagai teh, atau 5 sampai 10 
butir cengkeh dimasukkan pada buah pir yang dilubangi dan dibungkus 
kertas aluminium foil lalu dibakar hingga matang, setelah matang, 
cengkeh dibuang, dan pirnya dimakan.
obat masuk angin; 10 tetes minyak 
cengkeh diseduh dengan 50cc air panas, tambahkan madu secukupnya, aduk 
hingga rata, minum selagi hangat.
obat sakit kepala; 5 butir cengkeh, 5 
gram kayu manis, 5 gram biji pala, 5 butir merica dihaluskan hingga 
menjadi bubuk lalu diseduh dengan 100cc air panas, kemudian diminum.
mengatasi radang lambung; 5 butir 
cengkeh, 5 gram kayu manis, 5 gram biji pala, 5 butir kapulaga, 15 gram 
kulit jeruk mandarin, 150 gram lobak, labu parang secukupnya, semua 
bahan direbus dengan 1000 cc air panas, kemudian diminum.
obat batuk ; 10 butir cengkeh, 10 lembar
 daun sirih, 5 lembar daun tapak liman, 3 butir kapulaga, 2 jari kayu 
manis, gula aren secukupnya, semua bahan direbus dengan 800 cc air 
hingga tersisa 400cc disaring, kemudian diminum 2 kali sehari, sehari 
200cc.
mengatasi infeksi pernafasan; “cengkeh 
bekerja sebagai ekspektoran, melonggarkan lendir di tenggorokan dan 
kerongkongan” ujar Neil Schachter, MD, seorang profesor dari Mount Sinai
 School of Medicine di New York City. Ramuan dari profesor adalah sbb: 
campurkan 2 batang cengkeh, selembar kayu manis, 2 biji kapulaga, lalu 
dihancurkan, setelah itu tempatkan dalam sebuah cangkir, tambahkan air 
mendidih dan biarkan selama 1-2 menit.
untuk pewangi pakaian alami ^__^ ; taruh
 beberapa batang cengkeh ke dalam lemari pakaian kamu, aroma cengkeh 
yang pedas akan menutupi bau tak sedap dan menjaga baju atau 
barang-barang kamu tetap segar. Ganti setiap 2 minggu sekali.
mengatasi noda jerawat; campurkan 1 
sendok teh cengkeh, 1 sendok teh madu, 3 tetes jus lemon segar dalam 
mangkuk kecil. Oleskan ramuan tersebut pada wajah, biarkan selama 20 
menit, lalu bilas dengan air dingin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar