Rabu, 12 Desember 2012

Kualitas Cengkeh



Cengkeh merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang banyak ditemukan di Indonesia. Tanaman ini mempunyai banyak khasiat, dengar-dengar salah satu khasiatnya adalah sebagai obat batuk. Benarkah?! yeah, berhubung gue lagi batuk, siapa tau bisa bikin ramuan dari cengkeh heuheu… nyari tau yuk khasiatnya apa aja selain untuk obat batuk.
Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn/Eugenia aromaticum) adalah tangkai bunga kering beraroma yang berasal dari keluarga pohon Myrtaceae. Dalam bahasa Inggris, cengkeh biasa disebut dengan cloves.
Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia. Tanaman ini diyakini berasal Maluku Utara, hal itu dikarenakan di daerah ini terdapat tanaman cengkeh tua yang dianggap tertua di dunia karena telah tumbuh dan menghasilkan sejak zaman VOC. Konon kabarnya, tanaman cengkeh yang ada sekarang bermula dari suatu peristiwa yang terjadi pada masa kejayaan kerajaan Ternate di Maluku Utara dan kerajaan Kapahaha di Morella Pulau Ambon.
Legenda Cengkeh
Pada suatu ketika Sultan Ternate mengadakan pertemuan dengan para pemimpin wilayah dari seluruh Maluku untuk mengajak bergabung dengan kerajaan Ternate. Di antara pemimpin tersebut diundang pula Raja dari Kerajaan Kapahaha. Maksud diadakannya pertemuan tersebut adalah Sultan Ternate berkeinginan menjadikan semua wilayah yang ada di Maluku masuk dalam wilayah kekuasaan Ternate, dan semua pemimpin yang hadir pada saat itu menyetujui rencana tersebut kecuali Raja Kapahaha, setiap wilayah yang sudah bergabung dengan kesultanan Ternate wajib membayar upeti kepada sultan Ternate. Selang beberapa waktu lamanya sebagai wujud penolakan Raja Kapahaha untuk bergabung dengan Kesultanan Ternate, Raja Kapahaha mengirim upeti kepada Sultan Ternate dan setelah upeti itu dibuka ternyata isinya adalah mayat bayi. Sultanpun langsung memerintahkan pengawalnya untuk memakamkan mayat tersebut di depan keraton. Beberapa tahun kemudian, terjadi keanehan pada makam tersebut karena pada dua batu nisannya tumbuh dua tanaman, yang kemudian dirawat dengan baik oleh para abdi di Keraton namun satu tanaman di nisan bagian kaki mati dan yang tinggal hanya tanaman di nisan bagian kepala. Seiring dengan berjalannya waktu, tanaman tersebut tumbuh dengan suburnya.  Sultan lalu mengadakan suatu acara dengan mengundang semua pemimpin di wilayah kekuasaannya termasuk Raja Kapahaha, akan tetapi Raja Kapahaha mengutus seorang punggawa kerajaan yaitu Upu Hatunuku untuk mewakili Raja. Setibanya di Keraton Ternate semua tamu tertarik dengan tanaman tersebut dan mereka berkeinginan membawa buah dari tanaman itu pulang. Namun keinginan mereka tidak diperkenankan oleh Sultan Ternate dengan alasan tanaman tersebut menjadi sejarah hubungan Keraton Ternate dengan Kerajaan Kapahaha. Setelah selesai pertemuan, Upu Hatunuku tak menyadari kalau pada ujung tongkatnya yang berlubang telah masuk beberapa biji dari tanaman tersebut. Setibanya di Wawane, tongkat tersebut lalu diletakkan di sebelah rumah yang beberapa lama kemudian ujung bawah tongkat tersebut pecah. Upu Hatunuku kemudian memeriksa tongkatnya dan mendapati biji dari tanaman yang ada di depan keraton Ternate. Ia lalu menanam biji tersebut dan ketika pohonnya besar diberi nama Pukulawang yang artinya Tidak Bergabung dan Ingin Sendiri atau bermakna juga Takjub Melihatnya.
Cengkeh biasa digunakan sebagai bumbu masakan pedas bagi negara-negara di Eropa, juga sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh dapat tumbuh pada ketinggian 10 hingga 20 meter, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan siap dipanen setelah mencapai panjang 1,5 hingga 2 cm.
Di Indonesia, cengkeh banyak ditemui di Kepulauan Banda. Selain itu, cengkeh juga tumbuh subur di Madagaskar, Zanzibar, India, dan Srilangka.
Pada masa lalu, harga cengkeh cukup mahal. Pada abad ke-4, pemimpin Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan setiap orang yang mendekatinya untuk mengunyak cengkeh (busyet), agar nafasnya harum. Cengkeh, pala dan merica sangatlah mahal pada zaman Romawi. Cengkeh jadi bahan tukar menukar oleh bangsa Arab di abad pertengahan. Pada akhir abad ke 15, orang Portugis mengambil alih jalan tukar menukar di Laut India. Bersama itu diambil alih juga perdagangan cengkeh dengan perjanjian Tordesillas dengan Spanyol, selain itu juga dengan perjanjian dengan sultan dari Ternate. Orang Portugis membawa banyak cengkeh yang mereka peroleh dari kepulauan Maluku ke Eropa. Pada saat itu, harga 1 kg cengkeh sama dengan harga 7 gram emas. Perdagangan cengkeh akhirnya didominasi oleh orang Belanda pada abad ke 17. Dengan susah payah, orang Perancis berhasil membudidayakan pohon Cengkeh di Mauritius pada tahun 1770. Cengkeh lalu dibudidayakan di Guyana, Brasilia dan Zanzibar. Pada abad ke 17 dan ke 18 di Inggris, harga cengkeh sama dengan harga emas karena tingginya biaya impor.
Pasang Surut Komoditas Cengkeh Di Indonesia
Harga cengkeh di Indonesia pernah mencapai Rp 80.000,- per kg. Ini sebuah prestasi yang luarbiasa. Sebab ketika BPPC masih menangani pemasaran cengkeh, komoditas ini hanya dihargai Rp 7.000,- per kg. Kenyataannya, para petani hanya akan menerima harga Rp 4.000,- per kg. Itu pun banyak yang ditipu dan tidak dibayar. Karenanya, harga Rp 80.000,- per kg. sangat menarik perhatian kalangan petani. Mereka yang dulu membiarkan tanaman cengkehnya merana, buru-buru merawatnya dengan sebaik mungkin. Dan tiba-tiba “demam” bertanam cengkeh yang pernah terjadi pada akhir tahun 1960an dan awal tahun 1970an seperti bangkit lagi. Namun harga cengkeh kembali melorot ke tingkat Rp 30.000,- per kg. bahkan lebih rendah lagi. Petani kembali kecewa. Mereka tetap mengharapkan harga cengkeh bertengger di atas Rp 50.000,- per kg. Kalau perlu mereka mengharapkan harga itu tetap Rp 80.000,- Padahal, sesuai dengan biaya produksi, maka idealnya harga cengkeh cukup berkisar antara Rp 20.000,- sampai dengan Rp 40.000,- per kg, atau rata-rata Rp 30.000,- Harga Rp 80.000,- per kg. sebenarnya sangat tidak rasional.
Sebagai rempah-rempah, cengkeh pernah menduduki peringkat pertama dibandingkan dengan produk rempah lainnya. Sebelum lemari es dan freezer diketemukan oleh A.H. Goss dari AS pada tahun 1913, maka pengewetan daging dilakukan dengan eugenol dari bunga cengkeh. Karenanya, ketergantungan benua Amerika pada cengkeh menjadi tinggi sekali. Sebab di benua ini daging sapi dan domba merupakan menu utama. Pada musim dingin, ternak yang jantan harus segera dipotong supaya tidak menghabiskan persediaan jerami. Untuk mengawetkannya, daging tersebut dilumuri dengan serbuk bunga cengkeh kering. Itulah yang dilakukan oleh masyarakat Eropa selama berabad-abad. Dan cengkeh yang berasal dari kepulauan Maluku diperdagangkan secara estafet. Mula-mula dibawa ke Jawa, lalu ke Sumatera dan Semenanjung Malaya. Selanjutnya ada dua jalur perdagangan. Pertama melalui laut ke India dan jazirah Arab, Balkan lalu ke Eropa. Kedua ke Cina lalu melalui jalur perdagangan sutera langsung ke Timur Tengah dan Balkan.
Ketika abad-abad XIV dan XV kekaisaran Otoman berkuasa, jalur perdagangan cengkeh terganggu. Harga komoditas ini melambung hingga lebih tinggi dibanding emas. Waktu itu masyarakat Eropa hanya tahu bahwa cengkeh berasal dari “kepulauan rempah-rempah” di tanah India. Mulailah dicari upaya untuk “menemukan” jalan ke kepulauan rempah-rempah tersebut. Ada yang berlayar ke arah selatan menyusuri pantai Afrika, ada yang ke utara hingga kapalnya pecah dan ada pula yang ke arah barat. Sebab ketika itu sudah muncul kesadaran bahwa bumi ini berbentuk bulat dan bukannya datar. Hingga kalau kita berlayar ke arah barat, akhirnya juga akan sampai ke pulau rempah-rempah di tanah India. Salah satu pelaut yang berupaya menemukan jalur ke kepulauan India itu adalah Christophorus Columbus. Tahun 1492 ia berlayar ke arah barat dan mendarat di kepulauan Bahama di laut Karibia. Karena mengira telah sampai ke tanah India maka masyarakat setempat pun disebutnya Indian, sampai sekarang. Sementara jalur pelayaran ke kepulauan Maluku pada akhirnya diketemukan melalui tanjung Harapan di ujung benua Afrika. Sejak itulah bangsa kulit putih (Inggris, Belanda dan Portugis) berdatangan untuk mencari rempah-rempah, khususnya cengkeh.
Cengkeh (Syzygium aromaticum) adalah tanaman asli kepulauan Maluku. Komoditas inilah bersama-sama dengan lada dan pala yang telah membuat bangsa Belanda menguasai negeri ini. Karena merupakan komoditas “maha penting” Belanda sangat menjaga ketat kebun cengkeh mereka, agar tidak ada benih yang lolos keluar. Namun akhirnya Inggris berhasil mencuri beberapa biji cengkeh dan mengembangkannya di Madagaskar serta Zanzibar. Kondisi agroklimat Zanzibar telah membuat cengkeh Maluku itu mengalami mutasi hingga menciptakan varietas baru: cengkeh zanzibar. Daun cengkeh zanzibar lebih lebar dan tebal serta menggelombang. Sementara cengkeh asli Maluku berdaun tipis, lebih sempit serta meruncing. Warna pucuk daun cengkeh zanzibar cokelat kemerah-merahan. Pucuk cengkeh maluku hijau kekuningan. Bunga cengkeh zanzibar lebih besar dan gemuk serta berwarna cokelat kemerahan. Cengkeh maluku lebih ramping dan kecil, warnanya hijau kekuningan. Produktifitas cengkeh zanzibar juga lebih tinggi dibanding cengkeh asli dari Maluku. Itulah sebabnya ketika terjadi demam bertanam cengkeh pada tahun 1960 dan 1970an pilihan petani jatuh ke cengkeh zanzibar. Bukan cengkel asli dari Maluku.
Namun kelemahan cengkeh zanzibar adalah rentan terhadap penyakit Pytoptora serta cacar daun. Dua penyakit ini hampir tidak pernah menyerang cengkeh maluku. Habitat asli tanaman cengkeh adalah pulau vulkanis dengan angin laut yang leluasa bertiup. Cengkeh tumbuh baik pada ketinggian mulai dari 0 m. sampai dengan 800 m. dpl. Lebih dari 800 m, cengkeh memang akan tumbuh lebih subur, namun tidak mau berbuah. Pengembangbiakan cengkeh dilakukan melalui biji. Bunga cengkeh yang tidak dipetik, akan berkembang menjadi “buah cengkeh” Ukuran buah cengkeh ini sebesar ujung kelingking tangan orang dewasa. Pemetikan bunga dilakukan pada saat menjelang mekar. Kalau terlalu awal dipetik, ukuran bunga masih terlalu kecil. Sebaliknya apabila terlalu lambat dipetik, bunga akan terlanjut mekar hingga kandungan eugenolnya akan berkurang atau hilang. Bunga yang telah dipetik berikut tangkainya itu harus segera dirontokkan (dipisahkan dari tangkainya) lalu dijemur sampai kering. Tangkai bunga cengkeh ini masih memiliki nilai ekonomis. Meskipun harganya jauh lebih murah dibanding dengan bunganya.
Daun cengkeh yang rontok pun sebenarnya masih memiliki nilai ekonomis. Di hampir semua kawasan penghasil cengkeh, selalu ada ketel penyulingan minyak daun cengkeh. Daun-daun yang rontok itu biasanya dikumpulkan oleh anak-anak sekolah lalu disetorkan ke pengusaha penyulingan. Kadar minyak daun cengkeh kering ini berkisar antara 2 sampai dengan 3 % (tiap 100 kg. daun cengkeh kering diperoleh minyak antara 2 sampai 3 kg. Harga minyaknya antara Rp 40.000,- sampai dengan Rp 50.000,- per kg. Setelah kulkas diketemukan, bukan berarti cengkeh menjadi komoditas tak berguna. Budaya mengisap tembakau (rokok) di Indonesia, telah berkembang dari “hanya tembakau virginia” (rokok putih) menjadi tembakau dengan rajangan daun cengkeh. Perkembangan inilah yang telah membuat Indonesia dari negara pengekspor cengkeh sejak jaman kerajaan-kerajaan Hindu dulu sampai dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda, akhirnya menjadi pengimpor cengkeh terbesar di dunia. Selain untuk rokok, pemanfaatan eugenol dalam minyak asiri bunga, gagang dan daun cengkeh juga berkembang mulai dari industri makanan, farmasi, kosmetik sampai ke parfum. Pengurangan dan penambahan atom karbon (C) dalam eugenol, bahkan telah menghasilkan bahan penting yang sangat diperlukan dalam pembuatan bom serta bahan bakar pesawat ulang-alik.
Selama ini Indonesia masih merupakan penghasil cengkeh terbesar di dunia. Termasuk pemasok minyak daun dan gagang cengkeh. Namun pemasok minyak bunga cengkeh serta oleoresinnya adalah India. Meskipun negeri ini bukan merupakan penghasil cengkeh yang penting di dunia. Tahun 1960 dan 1970an, harga cengkeh juga melambung tinggi, karena industri keretek yang tumbuh pesat. Pertumbuhan industri rokok keretek ini sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi nasional serta pertumbuhan jumlah penduduk. Masyarakat lalu tergiur untuk menanam cengkeh secara besar-besaran. Kebetulan pula antara tahun 1968 sampai dengan 1978 (selama 10 tahun), Menteri Pertanian kita Prof. Dr. Thoyib Hadiwijaya adalah seorang ahli cengkeh. Jadi makin kuatlah demam bertanam cengkeh nasional pada waktu itu. Hingga sawah-sawah berpengairan teknis pun, banyak yang disulap menjadi tempat penyemaian cengkeh. Tetapi tanaman ini baru akan berbuah optimal setelah melampaui usia 10 tahun. Karena kebutuhan cengkeh sudah semakin mendesak, maka pemerintah pun mengeluarkan ijin untuk melakukan impor cengkeh. Kondisi inilah yang menyebabkan harga cengkeh jatuh pada tahun-tahun 1980 dan 1990an.
“Untungnya” pada tahun 1970dan 1980an, areal cengkeh varietas zanzibar di Indonesia banyak yang mati karena terserang penyakit pytoptora dan cacar daun. Seandainya tidak, maka panen cengkeh nasional akan sangat melimpah hingga terjadi hiper produksi. Padahal, dalam kondisi hanya over produksi pun, harga cengkeh telah jatuh dari belasan ribu rupiah pada akhir tahun 1970an, tinggal Rp 2.000,- per kg. Hal inilah yang mendorong pemerintah untuk membentuk Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC) yang dalam praktek justru menjalankan sistem monopoli. Tahun 1990an adalah puncak kejengkelan petani cengkeh terhadap BPPC. Banyak petani yang menelantarkan kebun cengkehnya. Ada pula yang menuruti anjuran pemerintah untuk menebang tanaman cengkehnya. Setelah pemerintah Orde Baru tumbang dan BPPC dibubarkan, harga cengkeh kembali merayap naik. Puncaknya terjadi tahun 2001. Harga cengkeh kering mencapai Rp 80.000,- per kg. Padahal ketika itu hampir di semua tempat di Indonesia pohon cengkeh berbunga dengan sangat lebatnya.
Naiknya harga cengkeh dengan sangat fantastis disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, pabrik cengkeh memang tidak punya stok karena pada jaman BPPC mereka membatasi pembelian cengkeh. Ketika BPPC dibubarkan, nilai kurs rupiah terhadap $ US juga naik dari hanya Rp 2.400,- menjadi pernah mencapai Rp 15.000,- per 1 $ US. Tahun ini pabrik rokok membatasi diri membeli cengkeh. Sebab mereka terkena kenaikan cukai rokok dan sedang berkonsentrasi untuk memborong tembakau. Pabrik rokok besar memang selalu menyimpan cengkeh serta tembakau untuk stok minimal selama tiga tahun. Sebab bahan baku tersebut akan menjadi stabil setelah mengalami masa penyimpanan minimal selama tiga tahun. Selain faktor tersebut, fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa areal tanaman cengkeh kita telah menyusut dengan sangat drastis. Baik karena rusak terkena hama/penyakit maupun sengaja ditebang oleh petani sendiri. Kalau sekarang-sekarang ini demam bertanam cengkeh tumbuh lagi, maka 10 sampai 20 tahun mendatang harga cengkeh akan kembali ambruk.
Cengkeh Terbaik Di Dunia
Cengkeh terbaik di dunia, diklaim berasal dari Zanzibar. Zanzibar adalah sebuah kepulauan di sebelah timur pesisir Afrika, yang termasuk dalam wilayah Tanzania. Zanzibar terdiri dari dua pulau besar: Zanzibar (atau Unguja) dan Pemba beserta sejumlah pulau kecil lainnya. Awalnya, Zanzibar dihuni oleh imigran bangsa Persia dari Shiraz. Nama Zanzibar berasal dari dua kata dalam bahasa Persia: ‘Zangi’ yang bermakna hitam dan  ‘Barr’ yang bermakna daratan, jadi setelah dua kata itu digabungkan  artinya adalah ‘Daratan Orang Hitam’.  Zanzibar pernah  dikuasai oleh Portugal pada 1503. Tahun 1698, Kesultanan Oman menguasai Zanzibar. Selanjutnya pada 6 April 1861, di tengah konflik perebutan takhta Sultan Oman, Kesultanan Oman pecah menjadi dua bagian: Sayyid Majid bin Said Al-Busaid (1834/5-1870) memimpin Kesultanan Zanzibar, dan saudaranya, Sayyid Turki bin Said Al-Busaid (1832-1888), memimpin Kesultanan Oman. Status Zanzibar kemudian berubah menjadi salah satu protektorat Inggris Raya. Inggris melantik seorang wazir sebagai pemimpin Zanzibar pada 1890 hingga 1913, lalu resident hingga 1963.
Zanzibar dulunya adalah daerah penghasil cengkeh terbesar di dunia sebelum ‘dikalahkan’ oleh Indonesia pada era 1970-an. Kini, Zanzibar hanya menduduki peringkat ketiga dalam hal penghasil cengkeh terbesar di dunia setelah Indonesia dan Madagaskar. Namun begitu, bibit cengkeh zanzibar, sangat diminati di seluruh dunia.
Kandungan Dalam Cengkeh
Minyak esensial dari cengkeh mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial. Minyak cengkeh sering digunakan untuk menghilangkan bau nafas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Zat yang terkandung dalam cengkeh yang bernama eugenol, digunakan dokter gigi untuk menenangkan saraf gigi. Minyak cengkeh juga digunakan dlaam campuran tradisional choji (1% minyak cengkeh dalam minyak mineral) dan digunakan oleh orang Jepang untuk merawat permukaan senjata perang mereka.
Selain minyak cengkeh, yang juga terkandung dalam cengkeh adalah serbuk tangkai kuntum cengkeh (clove stem oil), dan daun cengkeh kering (clove leaf oil).
Sifat kimiawi dan efek farmakologis dari cengkeh adalah hangat, rasanya tajam, aromatik, berkhasiat sebagai stimulan, antiseptik, anestetik lokal, menghilangkan kolik dan obat batuk. Kandungan kimia pada cengkeh adalah karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B1, lemak, protein, dan eugenol.
Khasiat Cengkeh
Sebagai obat tradisional, cengkeh dapat mengatasi; sakit gigi, sinusitis, mual, kembung, masuk angin, sakit kepala, radang lambung, batuk, terlambat haid, rematik, campak dan lain-lain.
Obat sakit gigi: gigi yang berlubang disumbat dengan kapas yang sudah diberi minyak cengkeh. Atau 10 butir cengkeh disangrai, lalu digiling halus, masukan pada lubang gigi yang sakit, tutup dengan kapas.
Menghilangkan bau mulut : 10 butir cengkeh dicuci lalu diseduh dengan 200 cc air panas, diamkan selama lima menit, kemudian saring, airnya dipakai untuk kumur-kumur, lakukan setiap hari secara rutin, dijamin nafas kamu segar dan bau cengkeh heuheu.
obat mual : 10 butir cengkeh, 20 gram asam jawa, gula air secukupnya direbus dengan 400 cc air sampai tersisa 200 cc sajah, ramuan tersebut disaring kemudian diminum selagi hangat.
mengatasi kembung: 10 butir cengkeh diseduh dengan air panas lalu digunakan sebagai teh, atau 5 sampai 10 butir cengkeh dimasukkan pada buah pir yang dilubangi dan dibungkus kertas aluminium foil lalu dibakar hingga matang, setelah matang, cengkeh dibuang, dan pirnya dimakan.
obat masuk angin; 10 tetes minyak cengkeh diseduh dengan 50cc air panas, tambahkan madu secukupnya, aduk hingga rata, minum selagi hangat.
obat sakit kepala; 5 butir cengkeh, 5 gram kayu manis, 5 gram biji pala, 5 butir merica dihaluskan hingga menjadi bubuk lalu diseduh dengan 100cc air panas, kemudian diminum.
mengatasi radang lambung; 5 butir cengkeh, 5 gram kayu manis, 5 gram biji pala, 5 butir kapulaga, 15 gram kulit jeruk mandarin, 150 gram lobak, labu parang secukupnya, semua bahan direbus dengan 1000 cc air panas, kemudian diminum.
obat batuk ; 10 butir cengkeh, 10 lembar daun sirih, 5 lembar daun tapak liman, 3 butir kapulaga, 2 jari kayu manis, gula aren secukupnya, semua bahan direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 400cc disaring, kemudian diminum 2 kali sehari, sehari 200cc.
mengatasi infeksi pernafasan; “cengkeh bekerja sebagai ekspektoran, melonggarkan lendir di tenggorokan dan kerongkongan” ujar Neil Schachter, MD, seorang profesor dari Mount Sinai School of Medicine di New York City. Ramuan dari profesor adalah sbb: campurkan 2 batang cengkeh, selembar kayu manis, 2 biji kapulaga, lalu dihancurkan, setelah itu tempatkan dalam sebuah cangkir, tambahkan air mendidih dan biarkan selama 1-2 menit.
untuk pewangi pakaian alami ^__^ ; taruh beberapa batang cengkeh ke dalam lemari pakaian kamu, aroma cengkeh yang pedas akan menutupi bau tak sedap dan menjaga baju atau barang-barang kamu tetap segar. Ganti setiap 2 minggu sekali.
mengatasi noda jerawat; campurkan 1 sendok teh cengkeh, 1 sendok teh madu, 3 tetes jus lemon segar dalam mangkuk kecil. Oleskan ramuan tersebut pada wajah, biarkan selama 20 menit, lalu bilas dengan air dingin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar