Rabu, 12 Desember 2012

Indonesia di Ambang Sanksi FIFA



 Sepak bola Indonesia kini telah berada di ambang jurang kehancuran. Sanksi FIFA bakal jatuh, setelah PSSI dan KPSI tak juga menemukan kata sepakat untuk menghentikan pertikaian.
Sebelumnya Sekjen FIFA Jerome Valcke berkirim surat kepada Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alifian Malarangeng, tertanggal 26 Desember lalu. Dalam surat tersebut FIFA menegaskan kepada Menpora untuk tidak mengacuhkan konflik yang terjadi di tubuh PSSI. FIFA mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada Indonesia, seandainya konflik dualisme kepengurusan di tubuh PSSI tak mereda sesuai tengat waktu yang diberikan FIFA, hingga Senin (10/12/2012). Sanksi itu akan jatuh pada setelah FIFA mendiskusikannya dalam forum Komite Esksekutif, pada Jumat (14/12/2012).
Rabu (5/12/2012), Menpora Andi Malarangeng kemudian menggundang dua belah pihak, PSSI dan KPSI, bertemu di kantornya. Selama hampir empat jam dua belah pihak melakukkan pembicaraan dengan Menpora dengan sistem setengah kamar.
Usai pertemuan itu pun, Menpora mengumumkan bahwa dua belah pihak sepakat menghindarkan Indonesia dari sanksi FIFA. Kesepakatan itu tertuang dalam beberapa butir, yakni penyelesaian  konflik akan merujuk nota kesepahaman (MoU) yang telah ditandantangani dua belah pihak di Kuala Lumpur Juni lalu, Kongres penyatuan akan digelar dengan merujuk daftara hadir peserta (voter) Kongres PSSI di Solo, Juni 2011 lalu.
Usai pertemuan itu, delapan anggota Joint Committee yang mewakili kedua balah pihak pun langsung menggelar rapat di kantor PSSI. Hasilnya PSSI akan tunduk pada keputusan pertemuan di Kemenpora dan akan menjalankan MoU Kuala Lumpur dan siap menggelar Kongres penyatuan. Hanya soal tempat dan waktu pelaksanaan saja yang belum disepakati forum ini. Kubu Djohar masih ngotot ingin melaksanakan Kongres di Palangkaraya pada Senin (10/12/2012), sementara kubu La Nyalla akan melaksanakannya di Jakarta, Minggu (9/12/2012).
Ketua Joint Committee Saut Sirait bersama anggotanya, Togar Manahan Nero, usai rapat itu menegaskan bahwa kedu belh pihak telah siap menggelar kongres dengan peserta merujuk Kongres Solo, yang akan diverifikasi Sekjen PSSI Halim Mahfudz dan dai KPSI yang diwakili Sefdin Syaifudin.
Esoknya, Halim Mahfudz berbalik mengingkari hasil pertemuan itu. Saat ditemui Sefdin untuk melakukan verifikasi daftar peserta Kongres Solo pun, Halim mangkir berkilah tak siap. Halim tetap menolak berdamai dengan KPSI, bahkan menyatakan lebih memilih dijatuhi sanksi FIFA, ketimbang berdamai.
Bandul politik kemudian bergerak cepat, Kamis (6/12/2012) Andi Malarangeng kemudian ditetapkan sebagai tersangka kasus pembangunan pembangunan sarana dan prasarana pusat pelatihan dan sekolah olahraga nasional, di Hambalang, Jawa Barat. Andi kemudian menyatakan mundur dari posisinya sebagai Menteri.
Namun, menurut Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Joko Pekik, sebelum mundur dari posisinya sebagai Menpora, Andi Malarangeng telah berpesan agar kedua belah pihak menaati MoU. 
"MoU itu kan ditandatangai Ketua PSSI dan Ketua KPSI. itulah yang seharusnya dilaksanakan sepenuhnya sebagai cara penyelesaian konflik," ujar Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Joko Pekik, Jumat (7/12/2012) kemarin.
Setelah mundurnya Andi, PSSI seolah punya peluru untuk mengulur waktu. Sekjen PSSI, Halim Mahfudz  mengatakan akan meminta FIFA untuk memperpanjang tengat penyelesaian kekisruhan di sepak bola Indonesia.
"Mengingat pada 10 Desember 2012, hasil harus diserahkan ke FIFA, maka PSSI berkirim surat pada FIFA dan meminta memperpanjang masa diskusi dengan pihak lain," kata Halim di Kantor PSSI, Jumat (7/12/2012).
"Jadi kami meminta perpanjangan masa diskusi hingga satu bulan setelah ada pelantikan Menpora baru. Posisi Menpora sendiri kan saat ini belum definitif. Apalagi, menteri baru butuh waktu untuk memahami masalah yang ada," jelas Halim.
Kini, PSSI yang dipimpin Djohar Arifin Husin berkeras menyelenggarakan Kongres Luar Biasa di Palangkaraya, Senin (10/12/2012). Namun, PSSI versi Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) pimpinan La Nyalla Matalitti juga memilih untuk menyelenggarakan kongres sendiri di Jakarta, Minggu (9/12/2012) besok.
"Kami akan menggelar kongres sendiri dengan pesertanya 81 voters asli Kongres Solo," tegas La Nyalla.
Kini, ada dua kongres PSSI yang kembali bakal digelar. Keduanya telah berada di depan mata. Jika selama dua hari esok tidak kedua kubu ini masih tetap ngotot, bukan mustahil, sanksi FIFA akan jatuh tak terhindarkan lagi.
Kronologi Konflik PSSI
9 Juli 2011, Kongres PSSI Solo, Djohar Arifin Terpilih sebagai Ketua Umum
18 Maret 2012, PSSI menggelar Kongres di Palangkaraya menghasilkan 14 keputusan, diantaranya penguatan skorsing 33 klub dan penrgantian 4 anggota Komite Eksekutif yang dipecat.
18 Maret 2012, KPSI menggelar Kongres Luar Biasa. La Nyalla Mahmud Matalitti Terpilih Ketua Umum PSSI KLB Ancol 
7 Juni 2012, PSSI dan KSPI sepakat menandatangani nota kesepahaman (MoU) di depan Wakil Presiden AFC Prince Abdullah Ibni Sultan Ahmad Shah, Anggota Komite Eksekutif FIFA Dato’ Worawi Makudi, dan Sekretaris Jenderal AFC Dato’ Alex Soosay, di Kuala Lumpur, Malaysia.
26 Desember 2012, Sekjen FIFA Jorome Valcke mengirim Surat kepada Menpora Andi Malarangeng. Memberi Tengat waktu hingga 10 Desember 2012.
5 Desember 2012, Menpora mempertemukan PSSI dan KPSI. Keduanya sepakat berdamai dan akan menggelar kongres bersama sesuai dengan MOU di Kuala Lumpur.
6 Desember 2012, Sekjen PSSI Halim Mahfudz mengingkari hasil pertemuan dengan Menpora. Halim juga menegaskan MoU Kuala Lumpur meelanggar Statuta PSSI.
9 Desember 2012, KPSI akan berkongres di Jakarta
10 Desember 2012, PSSI akan berkongres di Palangkaraya
10 Desember 2012, Batas waktu terakhir FIFA untuk penyelesaian konflik PSSI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar